Skip to content Skip to left sidebar Skip to right sidebar Skip to footer

Mengungkap Realitas Virtual pada Bedah Buku“Dunia Tanpa Batas Ruang dan Waktu: Memahami Komunikasi Siber”

Jakarta, BSSN.go.id – Tantangan di masa depan yang disebut sebagai era siber atau era digital akan bergantung pada waktu. Seberapa besar dampak dunia siber, dengan desa globalnya dan Metaverse yang sudah menancapkan diri pada berbagai aspek, akan menjadi nyata dan mengendalikan kehidupan. Miliaran orang akan menggunakannya dengan berbagai tujuan dan kepentingan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Ariandi Putra, dalam epilog bukunya yang berjudul “Dunia Tanpa Batas Ruang dan Waktu: Memahami Komunikasi Siber”.

“Lama-kelamaan, realitas virtual akan semakin sulit dibedakan dari dunia nyata. Waktu manusia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam dunia tersebut. Batas antar bangsa akan semakin tipis, tapi koneksi antar manusia secara nyata juga menipis. Manusia akan berdiri berdampingan, sangat dekat, tapi tidak saling berinteraksi,” kata Ariandi saat diwawancara di ruang kerjanya di Kantor BSSN, Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Menurutnya, ini adalah calon pemandangan dunia baru di era siber. Manusia akan menjadi sedikit bergerak. Mobilisasi yang terjadi paling aktif di jemari tangan. Banyak orang akan memusatkan perhatian mereka ke dalam aktivitas virtual dan kegiatan melalui proses digital dibandingkan secara fisik.

Dunia siber menciptakan transisi dari lingkungan fisik ke lingkungan virtual, dimana penggunanya bisa benar-benar duduk diam tapi bisa sambil melakukan banyak hal. Yang sebelumnya harus dilakukan dengan cara berpergian, bergerak, berpindah tempat, dan sebagainya.

“Satu hal yang sudah bisa diprediksi menjadi masalah utama di era dunia siber masa depan adalah masalah kesehatan. Perubahan dari aktivitas fisik ke digital akan menyebabkan manusia semakin sedikit bergerak. Aktivitas yang bersifat kardio akan berkurang, dan hal itu akan mempengaruhi kondisi jantung dan tubuh secara keseluruhan,” jelas Ariandi.

Kalori yang terbakar, lanjutnya, akan semakin sedikit karena berbagai aktivitas yang dulu dilakukan dengan gerakan fisik, kini tidak diperlukan lagi. Orang tidak lagi perlu berjalan kaki membeli barang, pergi ke bank untuk mengirim uang, mengantri membeli tiket, dan sebagainya. Karena semua bisa dilakukan dengan beberapa klik tombol di layar oleh jari, tanpa harus bangkit dari kursi.

“Salah satu contoh realitas tersebut, walau dirasa tidak berhubungan langsung dengan deskripsi pekerjaan BSSN, tapi bukan berarti lembaga keamanan siber bisa mengesampingkan fenomena ini di masa depan,” ujarnya.

Ariandi menegaskan, BSSN bersama masyarakat diharapkan bekerjasama untuk mencegah iklim yang tidak sehat dari dampak penggunaan teknologi siber yang bisa mematikan tatanan sosial masyarakat normal dan tidak sehat. Sebaik apapun sebuah teknologi, kita tidak bisa membiarkannya mengambil alih kendali hidup manusia.

“Pandangan-pandangan tersebut telah saya sampaikan dalam bedah buku saya ini. Waktu itu di Universitas Nasional, pada 14 Desember 2023 lalu,” ujar Ariandi.

Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah akademisi dari Universitas Nasional, diantaranya Wakil Dekan FISIP Angga Sulaiman, M.AP., Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Djudjur Luciana Radjagukguk, S.Sos., M.Si., dan Prof. Dr. Lely Arrianie, M.Si., serta praktisi keamanan siber dari BSSN, Fitrianta Eka Prasaja.

 

Biro Hukum dan Komunikasi Publik BSSN

0 komentar

Belum ada komentar

Tuliskan pesan/tanggapan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *